Monday, June 30, 2008

Riwayat Hidup Prof.DR.H.Masnal Zajuli,MA


Pagi Jum'at pukul 08.00 Wib, tanggal 23 November 1951 M, bertepatan dengan 23 Safar 1371 H, sewaktu sang surya mulai menampakkan cahayanya di ufuk timur, petani beranjak memulai aktivitasnya sehari-hari, rumah mulai sepi ditinggalkan penghuni untuk mencari nafkah memenuhi kebutuhan hidup. Lahirlah seorang hamba Allah yang lemah dan hina dari pasangan Zajuli Harun dan Sarama Idrus. Bayi yang lahir berkelamin laki-laki disambut oleh Nenek UAI, pusat dipotong dengan sembilu tanpa bidan dan dokter ahli.


Bayi yang lahir menagis tersedu, keluarga menyambut riang gembira, menangis mengingat janji dengan Allah dialam rahim, terhadap pengakuan yang telah diikrarkan bahwa Allah adalah Tuhannya. Pertanyaan yang timbul dan harus dijawab, apakah ia mampu menepati janji yang telah diikrarkan, atau kembali menghadap Allah dengan tangan hampa tanpa bekal. Ia kembali menangis, orang melepas gembira ria. Jawabnya terletak pada orang tua dan pada Masnal sendiri.


Setelah beberapa hari berada di dunia fana, bayi yang lahir dberi nama MASNAL AHDI yang berasal dari kata : "Massa", "Naala", dan "Ahda" yang berarti : Dia telah menyentuh dan mencapai janji yang telah diikrarkan. Alangkah beratnya makna yang terkandung dari nama yang diberikan, kerja keras sangat diperlukan untuk merealisasikannya, jiwa agama perlu ditanamkan sedini mungkin, dalam kehidupan keluarga yang serba keterbatasan sebagai petani kecil yang tidak punya apa-apa kecuali alat pertanian yang sangat sederhana.


Masnal kecil hidup dalam keluarga harmonis, dididik dan dibesarkan dengan penuh kasih sayang, namun begitu setiap kegiatan selalu diawasi. Amat sayang, Allah berbuat sekehendaknya ibunda tercinta dipanggil menghadap-Nya dalam usia 36 tahun. Tanggung jawab berpindah kepada gaek/kakek dan nenek yang melanjutkan kelangsungan hidup Masnal dan tiga orang adik laki-laki. Namun begitu kasih sayang gaek dan nenek sangat dirasakan kalau tidak akan lebih dari kasih sayang ibu agaknya dapat dikatakan sama.


Tanggung jawab gaek tercinta IDRUS RAIN dan nenek tercinta RAFI'AH THAIN, bukan saja terhadap masnal akan tetapi juga terhadap 3 orang adik semuanya laki-laki. Hari demi hari beliau habis bertani untuk membesarkan 4 orang cucu. Masnal adalah cucu tertua, dididik dan dilatih bertani semenjak kecil, sebagaimana juga diajarkan cara memasak. Pendidikan dilaksanakan dengan ketat boleh dikatakan tidak ada hari untuk bermain, seluruhnya diisi dengan belajar dan bekerja.


Mengingat pentingya pendidikan agama yang harus ditanamkan sedini mungkin, pada usia 5 tahun Masnal diperkenalkan aksara arab melalui Pelajaran al-Qur'an yang disebut MENGAJI ALIF, diajarkan pertama kali oleh gaek/kakek MUIN. Untuk selanjutnya banyak lagi guru yang mengajar Masnal membaca Al-Qur'an, baik dirumah maupun disurau atau disekolah Ibtidaiyah sambil belajar di Sekolah Rakyat.


Pendidikan formal dimulai oleh Masnal dari Sekolah Rakyat (SR) Negeri di Sawah Tangah setelah usia 7 tahun, sewaktu ujung jari tangan kanan sudah mampu mencapai pinggir telinga kiri. Selama 6 tahun mengikuti pendidikan di Sekolah Rakyat, Masnal menamatkannya pada tahun 1964. Pilihan satu-satunya melanjutkan pendidikan adalah Sekolah Agama, untuk itu dipilih Madrasah Thawalib Tanjung Limau Simabur tempat melanjutkan pendidikan, dengan jarak lebih kurang 4 km dari Sawah Tangah.
Selama 4 tahun Masnal bolak-balik mengikuti pendidikan pada Madrasah Thawalib Tanjung Limau yang ditempuh dengan berjalan kaki. Berangkat pukul 6.30 sampai kembali kerumah petang pukul 14.30 siang. Dibekali dengan makan nasi dingin dan uang jajan sekedarnya. Terkadang sebelum berangkat ke sekolah, menyiapkan rumput untuk makan sapi. Setelah kembali dari sekolah boleh dikatakan tidak ada waktu untuk bermain, karena ikut membantu pekerjaan orang tua sebagai petani. Masnal dididik dan diajar untuk bekerja keras layaknya seorang petani. Dimalam hari berada disawah untuk mengalirkan air, siangnya belajar sambil bertani.
Pada tahun 1968, Masnal mengkuti ujian Extranai PGAN 4 tahun di Batusangkar, setelah dinyatakan lulus, pendidikan dilanjutkan ke PGAN 6 tahun padang. Beberapa bulan mengikuti pendidikan, ibunda menderita sakit, pada tanggal 3 Oktober 1968 kembali dipanggil Allah dalam usia 36 tahun, beberapa bulan sebelum mengikuti ujian naik kelas. Sebelum meninggal ibu berpesan " Peliharalah nenek dan gaek, perhatikan adik-adikmu, kalau gaek dan nenek mampu lanjutkanlah pendidikanmu, ibu ingin sekali kamu sekolah di Mesir. Cobalah baca al-Qur'an, ibu ingin mendengarkannya.
Setelah ibu kembali menghadap Allah, Masnal tengah belajar di PGAN 6 tahun padang, dibawahnya ada 3 orang adik yang masih kecil, semuanya laki-laki yang memerlukan perhatian. Untuk tugas ini tidak ada yang akan melaksanakannya kecuali gaek dan nenek tercinta. Dua orang adik dibawa Masnal ke Padang, satu tinggal bersama nenek dan gaek di kampung.
Setelah ibu meninggal muncul persoalan " Apakah Masnal akan melanjutkan pendidikan atau berhenti, selanjutnya membantu gaek dan nenek bertani". Perasaan ini disampaikan kepada gaek dan nenek, dengan tegas keduanya menjawab " Selama tulang kami masih dapat digerakkan, pendidikan kamu tidak boleh berhenti". Kalimat ini membangkitkan kembali semangat Masnal untuk melanjutkan pendidikan. Setelah tamat dari PGAN 6 Tahun Padang pada tahun 1970, pendidikan dilanjutkan ke Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang pilihan satu-satunya adalah Jurusan Bahasa Arab.
Pada tahun 1974, Masnal menyelesaikan pendidikan tingkat Sarjana Muda dengan nilai Cum Laude, skripsi dibimbing oleh H.Darami Yunus selama mengikuti pendidikan diwaktu tidak ada kuliah dan pada waktu libur tetap berada dikampung membantu gaek dan nenek bertani.
Setelah menamatkan pendidikan Program Sarjana Muda gaek dan nenek menyarankan untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Untuk ini beliau tidak keberatan untuk belajar di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, akan tetapi saran beliau berat untuk diterima mengingat beratnya tanggung jawab beliau disamping beliau semakin tua.
Untuk mengenang jasa gaek dan nenek Masnal berpikir, alangkah lebih baiknya beliau melaksanakan Ibadah Haji, keinginan ini disampaikan kepada gaek dan nenek beliau menanggapi, tunggulah kalian masih membutuhkan dana. Masnal tetap meyakinkan akhirnya beliau setuju asal berangkat dengan Masnal. Adapun biaya untuk gaek telah ada berupa lembu dan simpanan lainnya, sedangkan untuk biaya Masnal nenek mengatakan " ada uang atas nama kamu yang nenek kumpulkan berupa emas. Maka disepakati gaek dan Masnal berangkat untuk menunaikan Ibadah Haji, nenek berangkat belakangan apabila memungkinkan. Maka berangkatlah gaek dan Masnal untuk menunaikan Ibadah Haji diakhir tahun 1974.
Setelah kembali menunaikan Ibadah Haji, Bulan Maret 1975 Masnal diterima sebagai Asisten Dosen Mata Kuliah Bahasa Arab pada Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padan, sekaligus dipercayakan sebagai Sekretaris Jurusan Bahasa Arab. Bersamaan dengan itu Masnal juga mengikuti tingkat Doktoral Pada Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang Jurusan Bahasa Arab selesai pada Tahun 1978 dengan nilai Cum Laude. Skripsi dibimbing oleh Drs.Kamardi AS dan H.Darami Yunus, diuji oleh H.Izzuddin Marzuki, Drs.Nurmawan dan Drs.Sofwan Dt.Rajo Mudo. Setelah lulus ujian ada kesempatan untuk melanjutkan S2 ke Mesir, Masnal mengikuti seleksi dan dinyatakan lulus sebagai peringkat pertama. Program ini tidak dapat diikuti karena mengingat kondisi keluarga yang ditinggalkan. setelah itu cukup banyak tawaran untuk melanjutkan sekolah ke luar negeri seperti ke Mesir, Tunisia, Sudan, Saudi Arabia dan Amerika dimana dalam mengikuti seleksi test Masnal selalu dinyatakan lulus terbaik, setiap tawaran yang datang ini disampaikan kepada gaek dan nenek, beliau menjawab " Bagi kami tidak apa, apakah kamu tega meninggalkan kami ? ", jawaban simpel akan tetapi mempunyai arti yang mendalam, menjadikan Masnal berpikir panjang, sehingga tawaran tersebut tidak ada yang diterima walaupun persyaratannya dapat dipenuhi.
Pada Tahun 1995 sewaktu Menteri Wakaf dan Urusan Islam Maroko berkunjung ke IAIN Imam Bonjol Padang ditawarkan beasiswa untuk 10 orang dosen IAIN Imam Bonjol mengikuti Program S2 di Maroko. Pada saat itu Masnal ditunjuk sebagai penterjemah. Tanpa memberitahu nenek ( gaek telah meninggal Tahun 1981 ) mengikuti testing dan lulus. Pada hakekatnya berat bagi Masnal meninggalkan nenek dan adil-adik tambah lagi istri dan anak-anak. Namun begitu teringat keinginan Almarhumah Ibu agar Masnal belajar di Mesir, tawaran belajar ke Maroko diterima, nenek menyetujui begitu juga istri, anak-anak dan adik. Namun begitu disaat nenek mengizinkan terlihat kesedihan diwajah beliau.
16 Februari 1996, Masnal meninggalkan Indonesia menuju Maroko lewat Frankfurt Jerman, di penghujung bulan Ramadhan, setelah transit 1 hari 1 malam di Jerman perjalanan dilanjutkan ke Rabat Maroko. Setibanya di Rabat Maroko Masnal Zajuli dipercayakan oleh Dubes RI Maroko untuk Khatib dan Imam Idul Fitri di KBRI. Masnal diterima sebagai Mahasiswa Program S2 Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Pada University Muhammad V Fakultas Sastra dan Humanier Rabat Jurusan Bahasa dan Sastra Arab.
Beberapa bulan mengikuti pendidikan, nenek berpulang ke rahmatullah pada Tanggal 06 Mei 1996, walau hati ingin pulang namun setelah difikirkan dengan matang, pendidikan tetap dilanjutkan. Walau tidak berada dihadapan nenek tercinta disaat beliau menghadap Allah kesedihan cukup terobati dengan berperannya Zihnil Afif putra tertua Masnal Zajuli sebagai pengganti Masnal sewaktu nenek sekarat sampai penyelenggaraan jenazahnya.
Setelah dua tahun pendidikan dapat diselesaikan dengan baik, tesis dibimbing oleh Prof.DR.Idris Saoghrosni dan diuji oleh Prof.DR.Abdel Kader Fasi al-Fehri, selanjutnya diterima untuk Program Doktor, Judul Desertasi yang telah disetujui akan dibimbing oleh Prof.DR.Muhammad Ghalim dan Prof.DR.Abdel Kader Fasi al-Fehri, namun karena sesuatu dan lain hal program ini tidak dapat dilanjutkan dan kembali ke Indonesia di awal Tahun 1998.
Setalah satu tahun kembali bertugas di Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang, didorong keinginan untuk menambah pendidikan ketingkat lebih tinggi, pada Tahun1999 Masnal Zajuli mengikuti seleksi masuk Program S3 PPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Setelah dinyatakan lulus dipilih Jurusan Bahasa dan Sastra Arab. Selama dua Semester tatap muka dapat diselesaikan dengan IP 3.75.
Awal tahun 2001 judul desertasi disetujui, ujian comprehensive dinyatakan lulus Masnal Zajuli memfokuskan waktu untuk menulis Desertasi. Karena sesuatu dan lain hal baru dapat diselesaikan dipenghujung tahun 2006. Ujian tertutup dilaksanakan pada tanggal 6 Desember 2006 dan ujian promosi pada tanggal 17 Maret 2007. Dengan Nilai Cum Laude. Desertasi dibimbing Oleh Prof.DR.Salahuddin an-Nadwi al-Azhari dan Prof.DR.Ahmad Thaib Raya, MA dan diuji Oleh Prof.DR.HD.Hidayat, MA, DR.Ahmad Satori Ismail, DR.Sairozi Dhimiyati, Prof.DR.Azyumardi Azra, MA dan Prof.DR.Komaruddin Hidayat.
Setelah syarat-syarat untuk memperoleh Guru Besar terpenuhi, diajukan kepada Senat IAIN Imam Bonjol Padang dan disetujui pada rapat Tanggal 24 Mei 2006, setelah diproses selanjutnya keluarlah SK Menteri Pendidikan Nasional RI No.62327/A2.7/KP/2006 tertanggal 30 November 2006 menetapkan Prof.DR.H.Masnal Zajuli, MA sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Bahasa Arab Pada Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang dengan pangkat Pembina Utama Muda Gol IV/C. Pada hari Rabu Tanggal 25 Juni 2007 dikukuhkan oleh Rektor IAIN Imam Bonjol Padang dalam Rapat Senat Terbuka.


1 comment:

LAYANAN BERMARTABAT said...

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'uun; Semoga husnul khatimah semua karya bakti untuk agama, bangsa & dunia pendidikan menjadi amal, pahala terbaik meraih ridha Allah SWT & surga